PARA AHLI
FISIKA DAN TEMUANNYA
1.Albert Einstein
Albert
Einstein (14 Maret 1879–18 April 1955) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis
yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan
teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika
kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel
dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan
“pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”. Setelah teori relativitas umum
dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak
biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran
semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap
bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan jenius. Wajahnya merupakan salah satu
yang paling dikenal di seluruh dunia. Pada tahun 1999, Einstein dinamakan
“Orang Abad Ini” oleh majalah Time. Kepopulerannya juga membuat nama “Einstein”
digunakan secara luas dalam iklan dan barang dagangan lain, dan akhirnya
“Albert Einstein” didaftarkan sebagai merk dagang. Untuk menghargainya, sebuah
satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai
einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein.
2. Isaac newton
Sir
Isaac Newton adalah ahli fisika, matematika, astronomi, kimia dan ahli filsafat
yang lahir di Inggris. Buku yang ditulis dan dipublikasikan pada tahun 1687,
Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, dikatakan sebagai buku yang paling
berpengaruh dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Karyanya ini
menjelaskan tentang hukum gravitasi dan tiga asas (hukum) pergerakan, yang
mengubah pandangan orang terhadap hukum fisika alam selama tiga abad kedepan
dan menjadi dasar dari ilmu pengetahuan modern.
Pada tahun 1670 sampai 1672, Newton memberikan pelajaran tentang optik. Dan
selama masa ini, dia sendiri menyelidiki refraksi cahaya (refraksi: perubahan
arah dari suatu gelombang akibat perubahan kecepatan) dan memberikan demostrasi
bahwa sebuah prisma dapat memecah cahaya putih menjadi berbagai macam spektrum
warna dan sebuah lensa pada prisma yang kedua, dapat membentuk spektrum warna
tersebut menjadi satu cahaya putih kembali
Isaac Newton menyadari bahwa matematika adalah cara untuk menjelaskan
hukum-hukum alam seperti gravitasi, dan membuat beberapa rumus untuk menghitung
'pergerakan benda' dan 'gravitasi bumi'. Gravitasi adalah kekuatan yang membuat
suatu benda selalu bergerak jatuh ke bawah. Dengan tiga prinsip dasar dari
hukum pergerakan, Newton dapat menjelaskan dan membuktikan bahwa planet beredar
mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk oval dan tidak bulat penuh.
Kemudian Newton menggunakan tiga prinsip dasar pergerakan yang sekarang di
kenal sebagai Hukum Newton untuk menjelaskan bagaimana benda bergerak.
Ayah Isaac Newton meninggal tiga bulan setelah Newton lahir, dan dimasa
kecilnya, Newton tinggal bersama neneknya. Newton kemudian bersekolah di
sekolah desa dan kemudian pindah ke sekoah yang lebih baik di Grantham, dimana
disana dia menjadi murid dengan peringkat atas.
Saat ini banyak kisah yang menceritakan bahwa Newton mendapatkan rumus tentang
teori gravitasi dan sebuah apel yang jatuh dari pohon. Di kisahkan bahwa suatu
hari Newton duduk dan belajar di bawah pohon apel dan saat itu sebuah apel
jatuh dari pohon tersebut. Dengan mengamati apel yang jatuh, Newton mengambil
kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang menarik apel tersebut jatuh kebawah,
dan kekuatan itu yang kita kenal sekarang dengan nama gravitasi.
3. Galileo Galilei
Galileo Galilei (1564-1642) adalah ahli astronomi Italia, ahli matematika, ahli
fisika, guru besar, pengarang, penemu hukum gerak yang kemudian dirumuskan oleh
Newton, bapak metode eksperimental, penemu hukum benda jatuh, penemu hukum
bandul, penemu thermometer dan teleskop, penemu teori matematik gerak parabola.
Ia orang pertama di dunia yang menerapkan matematika untuk menganalisis
mekanika. Ia menghubungkan fisika dan astronomi dengan matematika dan tidak
dengan filsafat tradisional. Ia menentang pendapat Aristoteles dan Ptolemeus.
Sebenarnya orang pertama di dunia yang menemukan teleskop atau teropong
adalah Hans Lippershey, ahli optika Belanda, pada tahun 1608. Tapi Lippershey
tidak mau menerima patennya. Ketika mendengar hal itu Galileo lalu membuat
teleskop sendiri. Mula-mula teleskopnya hanya mampu membesarkan benda 9 kali
dan akhirnya berhasil membuat teleskop yang mampu membesarkan benda 33 kali.
Dengan teleskop sederhana ini Galileo jadi masyhur karena menemukan cincin
Saturnus, empat buah bulan Yupiter, gunung-gunung dan kawah-kawah dibulan. Ia
juga menemukan di bawah galaksi sebenarnya gugusan bintang yang berjuta-juta
banyaknya.
Galileo lahir di Pisa,Italia,pada tanggal 15 Febuari 1564 dan meninggal di
Arcetri pada tanggal 8 januari 1642 pada umur 78 tahun karena demam. Ia lahir
tiga hari sebelum Michelangelo meninggal dan tutup usia satu tahun sebelum
Newton lahir. Ayah Galileo bernama Vicenzo Galilei, ahli musik dan matematika.
Ia mengharapkan Galileo menjadi dokter. Ketika Galileo berumur 10 tahun, orang
tuanya pindah ke Florence, di sini Galileo bersekolah di biara Vallombrosa.
Pada umurnya 17 tahun ia disuruh ayahnya masuk Universitas Pisa jurusan
kedokteran.
Pada suatu hari ia masuk ke Katedral kota itu. Disitu ia melihat lampu gantung
yang sedang dinyalakan oleh koster (pelayan gereja). Lampu-lampu itu
berayun-ayun karena disentuh koster. Lebar ayunanya bermacam-macam. Galieo
menghitung lamanya ayunan dengan denyut nadinya karena waktu itu belum ada
alrloji atau alat ukur lainnya. Setiba dirumah ia mengulangi peristiwa itu
dengan bola dari berbagai ukuran dan berat. Akhirnya ia menemukan hukum ini:
Waktu ayun tidak tergantung pada lebar ayun dan berat bandul, asal lebar ayun
tidak terlalu besar. Waktu ayun berbanding lurus dengan panjang bandul dan
berbanding terbalik dengan akar percepatan yang disebabkan gaya grafitasi.
Galileo belajar matematika pada Ostilio Ricci, guru di Istana Tuscana. Ia mulai
jemu kuliah kedokteran dan pada umur 21 tahun berhenti kuliah tanpa gelar
dokter karena kurang biaya. Ia mulai mengarang karyanya tentang neraca
hidrostatik (1586) dan pusat gaya berat pada benda padat (1589) menyebabkan ia
terkenal di Italia dan diangkat jadi dosen di Universitas Padua. Ia punya
pembantu bernama Maria Gamba. Dengan wanita ini ia mendapatkan dua anak
perempuan dan laki-laki.
Dosen-dosen universitas di seluruh Italia menganggap ajaran Aristoteles dan
Ptolemeus paling benar. Aristoteles mengatakan bahwa benda berat jatuh lebih
dulu ke bumi dari pada benda ringan. Dan mengatakan bahwa permukaan bulan rata
dan memancarkan cahaya. Ptolemes mengatakan bahwa bumi tidak bergerak’ matahari
dan bintang-bitang mengelilingi bumi. Tokoh-tokoh agama mengikuti ajaran Ptolemeus
karena dalam kitab suci tertulis! Matahari, berhentilah! Kalimat ini disalah
tafsirkan bahwa mataharilah yang bergerak bukan bumi. (Bandingkanlah dengan
kalimat sehari-hari matahari terbit dan terbenam).
Kata orang Galileo menjatuhkan beda berbagai ukuran dan berat dari menara Pisa.
Percobaan ini disaksikan oleh para Mahasiswa dan para Ilmuwan. Benda-beda itu
jatuh bersamaan di bumi. Dengan ini terbukti bahwa teori Aristoteles tentang
benda jatuh keliru. Dengan teleskopnya. Galileo dapat membuktikan bahwa
Aristoteles dan Ptolemeus tentang benda-benda angkasa beserta gerak dan
susunannya juga salah Galileo memihak dan mendukung teori Copernicus yang
mengatakan bahwa matahari pusat tata surya. Oleh karena itu Galileo di tangkap
para tokoh agama, diadili, dikenakan tahanan rumah.
Charles Augustin de Coulomb (1736-1806) adalah ahli fisika Prancis.
Penemu Hukum Coulomb (1785), penemu neraca punter (torsi,1777), insinyur
militer, inspektur jenderal pendidikan, dan pengarang. Ia lahir di Augouleme,
Prancis, pada tanggal 14 Juni 1736 dan meninggal di Paris pada tanggal 23
Agustus 1806 pada umur 70 tahun.
Ia sangat masyhur karena dapat mengukur gaya listrik dan gaya magnetic dengan
teliti. Untuk menghormatinya namanya diabadikan sebagai satuan muatan listrik,
ialah couloumb (disingkat C). Satu couloumb = banyaknya muatan listrik yang
mengalir lewat suatu penghantar selama satu detik, bila besar arus satu ampere.
Hukum Couloumb berbunyi sebagai berikut:”Gaya tarik atau gaya tolak dua benda yang bermuatan listrik berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dan berbanding lurus dengan besar masing-masing muatan”. Untuk mengukur gaya listrik, Couloumb mempergunakan neraca punter atau neraca torsi yang sangat peka.
Hukum Coulomb adalah gaya yang dilakukan oleh dua benda (yang msaing-masing bermuatan listrik) yang satu dan yang lainnya, adalah sebanding dengan kuat muatan arus listrik dari benda tersebut. Interaksi antara dua benda bermuatan yang dimensi geometrinya dapat diabaikan terhadap jarak antar keduanya. Maka dalam pendekatan yang cukup baik dapat dianggap bahwa kedua benda bermuatan tersebut sebagai titik muatan.
5. Max Planck
Hukum Couloumb berbunyi sebagai berikut:”Gaya tarik atau gaya tolak dua benda yang bermuatan listrik berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dan berbanding lurus dengan besar masing-masing muatan”. Untuk mengukur gaya listrik, Couloumb mempergunakan neraca punter atau neraca torsi yang sangat peka.
Hukum Coulomb adalah gaya yang dilakukan oleh dua benda (yang msaing-masing bermuatan listrik) yang satu dan yang lainnya, adalah sebanding dengan kuat muatan arus listrik dari benda tersebut. Interaksi antara dua benda bermuatan yang dimensi geometrinya dapat diabaikan terhadap jarak antar keduanya. Maka dalam pendekatan yang cukup baik dapat dianggap bahwa kedua benda bermuatan tersebut sebagai titik muatan.
5. Max Planck
Max Planck (1858-1947), ilmuwan fisika teori Jerman, yang mencetuskan gagasan
awal tentang teori kuantum. Ini lahir dari upayanya untuk menjelaskan teka-teki
fisika yang berkaitan dengan pancaran tenaga (energi) gelombang elektromagnet
oleh benda (hitam) panas. Pemecahannya ia temukan pada 1901 dengan anggapan
bahwa "tenaga gelombang elektromagnet dipancarkan dan diserap bahan dalam
bentuk catu-catu tenaga (diskrit) yang sebanding dengan frekuensi gelombang
elektromagnet".
Satu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk tunggalnya). Dengan demikian, tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya memandang gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan sekadar sebagai suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat dirinya sebagai orang pertama yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan "efek fotolistrik", yaitu teka-teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari cahaya (gelombang elektromagnet). Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar oleh kuanta-kuanta cahaya yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta cahaya ini disebut Einstein, foton.
Dengan demikian, cahaya (gelombang elektromagnet) yang
mulanya dipandang sebagai gelombang, kini diperlakukan pula sebagai partikel
oleh Einstein.
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard, kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan peristiwa itu.
Gelombang partikel. Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard, kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan peristiwa itu.
Gelombang partikel. Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Tantangan Tesis ini kemudian diterbitkan pada
awal 1925 dalam jurnal vak fisika Perancis, Annales de Physique. Namun, luput
dari perhatian para fisikawan. Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan
dengan penalaran matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.
Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada Einstein di Berlin, yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih daripada permainan matematika dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck (1882-1964), rekan sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922 dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain memancarkan kembali elektron-elektron dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang memiliki tenaga sama dengan elektron semula.
Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada Einstein di Berlin, yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih daripada permainan matematika dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck (1882-1964), rekan sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922 dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain memancarkan kembali elektron-elektron dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang memiliki tenaga sama dengan elektron semula.
Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh
Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada tahun 1925 dalam sebuah makalah ringkas
dengan menggunakan gagasan gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan
eksperimen tidak terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan
mereka - apalagi oleh seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum
dikenal.
Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin
Schrodinger (1887-1961), fisikawan teori Austria, merumuskan suatu persamaan
matematika yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel dalam
berbagai sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam
mekanika Newton (klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.
Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai mekanika gelombang atau lazimnya disebut mekanika kuantum. Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai data pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga menyentakkan para fisikawan untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson dan Lester H. Germer (1896 - ?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan perilaku gelombang. Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga dilaporkan oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.
Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai mekanika gelombang atau lazimnya disebut mekanika kuantum. Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai data pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga menyentakkan para fisikawan untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson dan Lester H. Germer (1896 - ?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan perilaku gelombang. Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga dilaporkan oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.
Dukungan bukti-bukti percobaan ini kemudian
mengukuhkan penerimaan gelombang partikel yang diikuti dengan dianugerahkannya
hadiah Nobel Fisika (tunggal) 1929 bagi Louis de Broglie. Suatu penghargaan
keilmuan bergengsi yang patut bagi karya ilmiahnya yang begitu revolusioner
No comments:
Post a Comment